Selasa, 04 Desember 2012

TOR-TOR DI KLAIM : MALAISYA MISKIN BUDAYA


SETELAH beberapa seni dan budaya Indonesia di klaim oleh Malaysia, kini tarian Tor-tor dan alat musik Gondang 9 asal Sumatera Utara kembali diklaim Malaysia...
Tari Tor-Tor, Sumatera Utara adalah seni budaya asli Indonesia yang diklaim Malaysia/Ist Tari Tor-Tor, Sumatera Utara adalah seni budaya asli Indonesia yang diklaim Malaysia/IstDilansir dari kantor berita Malaysia Bernama, kabarnya Menteri Penerangan Komunikasi dan Budaya Malaysia Datuk Seri Rais Yatim berencana mendaftarkan kedua kebudayaan masyarakat Sumut tersebut dalam Seksyen 67 Akta Warisan Kebangsaan 2005.
Atas klaim itu, tak ayal kemarahan masyarakat Indonesia pun kembali membuncah. Bahkan, politisi asal Sumut, Ruhut Sitompul yang selama ini bersuara lantang menyatakan pemerintah harus bersikap tegas terhadap Malaysia.

Saking geramnya, Ruhut mengeluarkan pendapat, "Sekali-kali perlulah kita bom. Biar jadi shock therapy. Capek diplomasi terus. Mereka pasti selalu berkelit," ujarnya.
Terkait klaim Malaysia yang terkesan selalu melecehkan ini, komunitas TNOL juga angkat bicara. Namun, mereka agak lunak dalam menyikapinya. Komunitas menilai, tidak perlu mengebom Malaysia. Mereka adalah anggota Titanium Jakarta Chita Altianty Radji Bubu dan Ketua MHI Tennis Be Samyono.

"Diplomasi preman saya kurang setuju. Saatnya kita bijak, dewasa dan peduli dengan budaya sendiri. Tunjukkan diplomasi yang elegan kepada dunia, bahwa itu budaya kita. Bukan, justru melakukan budaya preman," ujar Ketua MHI Tennis Be Samyono kepada TNOL, Senin (25/6).
SamSam

















Bagi Sam, wajar jika negeri Jiran mengaku-akui budaya dan seni Indonesia. Sebab, budaya bangsa serumpun hampir mempunyai kemiripan dan kesamaan. Nah, ketika mereka mengklaim artinya mereka mempunyai pemikiran kedepan tentang budaya tersebut.
Hal ini, seharusnya menyadarkan masyarakat Indonesia untuk lebih peduli dan pro aktif merespon budayanya. “Atas klaim Malaysia itu, saya sebagai anak bangsa juga merasa prihatin ketimbang emosi,” Tambahnya.

Sejauh ini, Sam menyesalkan minimnya upaya pemerintah untuk bisa melindungi, melestarikan dan mempromosikan budaya sendiri. Sementara, Malaysia lewat televisi kabelnya hampir sehari bisa berpuluh-puluh kali mempromosikan budaya, pariwisata dan produk lainnya sehingga masyarakat dunia bisa mengenal budaya itu lewat mereka.
Masyarakat dunia pun secara tidak langsung berasumsi, budaya itu milik mereka. Padahal tidak demikian sebenarnya. "Apakah kita akan menyalahkan mereka disaat kita tidak mampu berbuat untuk budaya kita sendiri," tutur Sam.

Sam menambahkan, jika selama ini masih ada budaya, bahkan properti negara sendiri yang diambil dari orang lain, jelas masih ada kelemahan kita dalam melindungi properti kepunyaan bangsa sendiri. "Ini harus dibenahi," tegasnya.
Pemerintah, kata Sam, dapat melakukan inventarisasi menyeluruh. Baik berupa pendokumentasian atau usaha pelestarian semua budaya di seluruh nusantara, apakah berupa kebendaan atau bukan. Selanjutnya, mempromosikan dan jadikan ujung tombak identitas bangsa ke masyarakat dunia, bahwa Indonesia memiliki keragaman.

Chita, Anggota Titanium JakartaChita, Anggota Titanium Jakar



















Hal sama dilontarkan anggota Titanium Jakarta Chita Altianty Radji Bubu. Menurut Chita, agar budaya dan seni Indonesia aman dan tidak diakui negara lain, seni dan budaya tersebut perlu diabadikan.
"Juga publikasikan setiap seni dan budaya yang kita miliki. Jangan hanya di publikasikan di tempat asalnya saja. Perlihatkan ke negara-negara lain, bahwa Indonesia punya sejuta seni dan budaya yang luar biasa," tegas Chita.
Mengenai pengklaim itu, Chita merasa sedikit sakit hati, kecewa, sedih dan sedikit murka dengan pemerintah. Lantaran, sebelum tarian Tor-tor, sudah ada kebudayaan dan seni Indonesia lainnya diakui Malaysia. Namun, tindakan tegas dari pemerintah tidak ada.
"Kekurangan kita adalah selalu nggak pernah bisa belajar dari kesalahan di masa lalu. Move ON dong Indonesia! Move On! Indonesia memang punya banyak seni dan budaya. Itulah salah satu kelebihan Indonesia. Tapi jangan sebaik itulah, sampai bagi-bagi budaya kita ke negara lain," ucapnya.

Di mata Chita, alasan Malaysia mengklaim karena mereka miskin budaya. Tapi, dibalik semua klaim yang dilakukan oleh Malaysia, sambung Chita, pasti ada sebabnya. Sebabnya, berasal dari negara kita sendiri.  Negara kita terlalu sering mengganggap enteng atau remeh sesuatu hal yang sebenernya berarti besar untuk semuanya.
Banyak hal-hal yang dianggap sepele, tapi akhirnya selalu menjadi masalah panjang dan tidak selesai-selesai. Namun, Chita keberatan jika permasalahn itu diselesaikan dengan cara mengebom Malaysia.

Baginya, itu tidak akan menimbulkan efek jera kepada Malaysia. Secara Malaysia hanya mengambil yang kita punya. Oleh karena itu, cukup dari kita untuk lebih mengetahui budaya-budaya di Indonesia. Tak ketinggalan memahami setiap budaya di Indonesia.
"Juga mencari asal-usul cerita di tiap-tiap budaya dan mempublikasikannya. Itu sudah cukup membuat Malaysia tidak bisa mengklaim lagi, karena kita sudah mempublikasikannya dari awal," tandasnya.

Posting Komentar